pikiranrakyatnusantara.com – 21 Juli 2025,Kampung Tua Bakau Serip yang termasuk dalam 50 besar Desa Wisata terbaik di Indonesia, terancam punah akibat rencana reklamasi yang dilakukan oleh perusahaan yang kini telah menguasai Hotel Purajaya. Dalam platform media sosial milik FerryKesuma Batam disebut PT Pasifik Estatindo Perkasa (PEP) telah melakukan pemagaran di laut sekitar pantai ex Hotel Purajaya.
”Seistimewa dan seperkasa itukah PT Pasifik Estatindo Perkasa bisa dengan leluasa menghancurkan Hotel Purajaya secara sepihak, lalu kemudian mendapatkan izin dari BP (Badan Pengusahaan) Batam untuk reklamasi (laut), dan sekarang, malah dapat izin ruang laut lagi,” kata Ferry Kesuma kepada media ini di Batam, Rabu, 23/7/2025.
Dalam medsos TikTok miliknya, Ferry Kesuma, menjelaskan meskipun Rempang Eco City tidak tercantum dalam 77 Proyek Strategis Nasional (PSN) Presiden Prabowo, namun hingga kini masih jadi perdebatan sehingga tak ada kepastian hukum proyek itu. Kebijakan PSN itu, menurutnya telah membuat keresahan warga masyarakat adat di 16 titik perkampungan di Rempang dan Galang.
Sementara itu, kata Ferry Kesuma lagi, muncul lagi ulah Pasifik Group, yang telah mencaplok banyak lahan tarikan dari investor lama, kini bakal menguasai darat dan laut di Pulau Batam. Ancaman juga menimpa hutan mangrove di Kampung Tua Nongsa yang dihuni 100 Kepala Keluarga (KK). Ancaman itu datang setelah adanya pengukuran lahan tanpa melibatkan warga.
Dikutip dari sebuah media nasional, ekosistem hijau yang berusia ratusan tahun di Bakau Serip, Kampung Tua Nongsa, yang diwariskan dari generasi ke generasi, tiba-tiba diklaim sebuah perusahaan, yakni Group Pasifik. Menurut pegiat lingkungan, Geri, pengelola Desa Wisata Bakau Serip, meng-klaim diawali dengan kedatangan petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Batam bersama perwakilan perusahaan.
”Tiba-tiba ada pengukuran, mereka klaim kawasan Bakau Serip ini masuk area perusahaan,” kata Geri. Menurut pernyataannya di media siber Liputan6.com, pengukuran lahan itu tidak pernah dikomunikasikan dengan warga masyarakat di kampung tua itu. Parahnya, pemerintahan setempat, yakni Kelurahan, RW, maupun RT setempat tidak mengetahuinya.
‘Tidak ada satu pun perangkat pemerintahan setempat yang mengetahui rencana itu,” kata Geri. Dia menjelaskan kampung tua itu memiliki sejarah yang kuat. Kampung itu juga memiliki batas (Patok) sejak zaman dulu. Dari literatur yang ada, Kampung Tua Bakau Serip merupakan bagian dari 50 Desa Wisata Terbaik di Indonesia.
”Kami punya tanggung jawab menjaga kawasan ini sebagai warisan para leluhur,” katanya. Masyarakat kampung tua itu juga telah mengirim surat keberatan ke BP Batam, berharap langkah hukum dan administratif dapat menghentikan klaim sepihak tersebut. Sangat disayangkan, karena Group Pasifik yang telah lebih dulu menggarap tanah ex PT Dani Tasha Lestari (DTL), kini bukan saja menguasai 30 hektar lahan ex Purajaya, tetapi juga akan menggarap puluhan hektar laut yang tampaknya akan direklamasi.
Salah Satu Konservasi Alam
Bakau Serip bukan sekadar lahan kosong penuh lumpur. Ini adalah ekosistem hidup, yang telah menyatu dengan identitas masyarakat Kampung Tua Nongsa. Di sana, pohon-pohon mangrove berusia lebih seabad menjadi penjaga alami dari abrasi laut. ”Kalau pohon itu bisa bicara, dia akan menceritakan bagaimana kampung ini dulu terbentuk. Kami menyebutnya ‘hutan leluhur,” kata Geri.
Tidak hanya tumbuhan, kawasan ini juga menjadi rumah bagi satwa liar yang mulai langka. Lutung hitam sering terlihat bergelantungan di atas pohon mangrove. Ular bakau, yang dikenal pemalu namun penting dalam rantai ekosistem, hidup damai di bawah akar-akar. Bahkan, kawasan ini dikenal sebagai tempat kawin dan pemijahan bagi ikan Dugong, mamalia laut yang hampir punah di perairan Indonesia.
”Dugong itu sangat pemilih. Kalau dia mau berkembang biak di sini, itu artinya lingkungan kami masih sehat. Tapi manusia serakah yang tak pernah puas justru mengancam itu semua,” kata Geri.
Komitmen warga untuk menjaga ekosistem Bakau Serip telah menarik perhatian nasional. Tahun lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menetapkan kawasan ini sebagai Desa Wisata Kampung Tua sebagai bentuk apresiasi atas pelestarian lingkungan dan budaya.
Sejak itu, kawasan Bakau Serip mulai dikembangkan secara perlahan. Wisata edukasi mangrove, susur bakau dengan perahu, hingga program tanam mangrove untuk pelajar menjadi bagian dari rutinitas warga. Semua dikerjakan dengan semangat gotong royong
Dengan keunggulan ekowisata hutan mangrove Kampung Tua Bakau Serip sering menjadi tempat destinasi studi banding bagi siswa siswi sekolah dari luar negeri seperti Singapura dan Malaysia maupun kunjungan dari sekolah-sekolah yang ada di Batam.
”Ini adalah bagian dari kebangkitan ekonomi kita dan beberapa terobosan yang telah dikolaborasikan dengan Konsulat Jenderal Singapura di mana anak-anak sekolah yang sedang berlibur dari Singapura dan Malaysia datang mengunjungi Kampung Tua Bakau Serip dan belajar tentang konservasi alam, edukasi tentang ekonomi kreatif, budaya, dan lain sebagainya,” kata pejabat Dinas Pariwisata Kota Batam beberapa waktu lalu.
Reporter : Redaksi