banner 728x250

Ketua Panitia, Ali Saragih Berikan Pernyataan Resmi Adanya Tuduhan Sepihak dari PWI Batam  

banner 120x600
banner 468x60
Spread the love

pikiranrakyatnusantara.com – Panitia Acara Solidaritas Pers Batam yang menggelar forum klarifikasi pers terkait pemberitaan yang dikeluarkan oleh organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepri dan Batam mengenai pernyataan “Preman Berkedok Wartawan” yang tengah berpolemik — hingga terjadi insiden kericuhan di Ballroom Lavender, Swiss-Belhotel, Harbour Bay, Batam, Sabtu 14 Juni 2025, mengeluarkan pernyataan resminya.

‎Ketua Panitia Acara Solidaritas Pers Batam, Ali Saragih ketika jumpa pers menjelaskan bagaimana kronologis kegiatan tersebut, sekaligus meluruskan pemberitaan-pemberitaan miring yang telah terbit menyudutkan pihaknya.

banner 325x300

‎”Di sini, saya buka semua apa yang sebenarnya terjadi. Lahirnya acara semalam itu atas pemberitaan yang disampaikan oleh Ketua PWI Provinsi Kepri, Saibansyah Dardani yang berstatmen ‘Kalau bukan wartawan kompeten — bersertifikasi dewan pers, itu premanisme berkedok wartawan’. Itu yang kita garis bawahi, ya!”. Kata dia di NanYang Kopitiam, Bengkong Sadai, Bengkong, Batam, Minggu 15 Juni 2025.

‎Atas dasar pemberitaan ini, kata dia, wartawan di Batam yang belum sertifikasi kompetensi menjadi gelisah. Maka terbentuklah perkumpulan Solidaritas Pers Batam tersebut.

‎Tidak hanya itu, ada beberapa pernyataan juga dari pemberitaan itu yang menjadi sorotan, yakni: “Sekolah punya hak untuk menolak wartawan abal-abal, kalau datang membawa nama wartawan tapi kerjanya mengintimidasi. Silahkan tanya: Anda punya sertifikat dewan pers atau tidak?”.

‎Kemudian, statemen tambahan dari Ketua PWI Batam, M. Ansyarullah Kahvi Ansyari mengatakan: “Kami tidak akan memberikan profesi wartawan dicemari. PWI Batam berdiri bersama kepala sekolah!”.

‎Munculnya pernyataan Ketua PWI Batam ini, kata Ali, karena adanya aduan yang disampaikan oleh guru-guru yang merasa terintimidasi oleh wartawan-wartawan yang dianggap tidak berkompeten mengadu kepada organisasi PWI.

‎Ali menyebut bahwa Ketua PWI Kepri, Saibansyah juga menuturkan didalam berita yang sama mengatakan: “Jangan biarkan kebohongan dan premanisme berselimut profesi wartawan. Saatnya lawan balik dengan literasi dan keberanian”.

‎”Dalam hal ini kita semua sepakat dan menyamakan persepsi untuk memerangi oknum wartawan yang dimaksudkan oleh PWI. Tetapi, statemen ini juga membuat rancu untuk teman-teman wartawan di lapangan khususnya diksi ‘Kalau bukan wartawan kompeten — bersertifikasi dewan pers, itu premanisme berkedok wartawan.” Ali menyayangkan statemen tersebut.

‎Mengapa demikian? Karena efek dari statemen ini telah berdampak langsung kepada tugas peliputan wartawan di lapangan ketika melakukan tugas peliputan berita.

‎”Atas dasar ini lah bangkit rasa solidaritas kita untuk menanyakan dan memperjelas statemen ini: Apakah benar atau tidak?,” kata dia.

‎Setelah gonjang-ganjing yang terjadi, Ali kemudian mencoba menghubungi wartawan senior di Batam, Marganas Nainggolan yang pihaknya anggap bisa bijak dalam menyikapi polemik yang terjadi.

‎”Kenapa saya menghubungi beliau, karena kita menganggap bahwa Abang kita, Marganas adalah wartawan yang independen dalam artian bisa bijak dalam menyikapi polemik atas pernyataan dari organisasi PWI. Saat itu beliau masih di Jakarta, dan beliau sangat merespon mengenai hal ini. Dalam komunikasi itu, saya tidak banyak berbicara karena konteksnya saya kan mengadu kepada beliau, dan beliau sudah sangat paham. Makanya, beliau langsung mengambil alih sendiri permasalahan ini,” kata dia.

‎Dalam komunikasi tersebut, Marganas mengatakan kepada Ali bahwa dia telah menelepon Saibansyah dan Kahvi, dan Kahvi mengatakan bahwa dia siap datang untuk mengklarifikasi. Marganas meminta untuk mengatur waktu dan tempat pertemuan klarifikasi dan sekaligus untuk diskusi.

‎Atas permintaan ini, kemudian pihaknya mencari tempat, sebelum memutuskan tempat dan waktu pertemuan, Ali menyampaikan kepada, Marganas kemungkinan wartawan yang akan hadir dalam forum itu sekitar 50-100 orang. Ali juga meminta, Marganas dalam forum ini untuk bisa memberikan wawasan kepada wartawan yang hadir tersebut.

‎”Dan beliau setuju, bahkan sangat setuju terkait dengan hal ini. Kan tujuannya juga untuk meningkatkan pemahaman kita juga. Teman-teman di sini kan juga pasti mau Uji Kompetensi Wartawan (UKW). Emangnya siapa sih yang tidak mau UKW? Saya sendiri juga memang belum UKW, dan saya juga ingin UKW. Cuma, kan waktunya saja yang belum ada,” ungkapnya.

‎Secara pribadi, Ali juga merasa bingung atas akibat polemik ini. Bagaimana kalau dirinya yang belum mengantongi sertifikasi UKW ini tetap menjalankan kerja jurnalistik. Sementara di statemen PWI disebutkan bahwa yang berkompeten yang bisa mewawancara. Sementara yang tidak berkompeten jangan dilayani.

‎”Itu kan bahasa-bahasa yang diedukasi kepada guru-guru terkait permasalahan yang mereka temukan di SMP 26 Batam. Kemudian berkembang sampai menyudutkan teman-teman yang belum berkompeten. Timbul lah perdebatan mengenai yang berkompeten ini yang seperti apa? Pemahaman kita yang berkompeten ini kan yang telah melaksanakan uji kompetensi,” ucapnya.

‎Kemudian sepakat lah untuk waktu dan tempat pertemuan oleh pihaknya. Pertemuan akan digelar di Ballroom Swiss-Belhotel, Harbour Bay, Sabtu 14 Juni 2025.

‎Pada hari Kamis, 12 Juni 2025, Ali menghubungi, Marganas sekitar pukul 11.18 WIB untuk menyampaikan tempat pertemuan dan akan digelar sekitar pukul 13.30 WIB. Marganas menindaklanjuti informasi Ali ini untuk disampaikan kepada Kahvi, dan Kahvi siap hadir bersama dengan anggota PWI Batam.

‎”Saya tanya lagi: Sekitar berapa orang, ya bang? Yang akan hadir? Agar kami bisa mempersiapkan. Dijawab beliau, Kahvi bilang sekitar 4 orang mereka yang akan hadir. Berarti kan ada 5 orang dengan Abang, Marganas,” ujarnya.

‎Saat acara digelar, yang diketahui pihaknya anggota PWI Batam yang hadir lebih dari 5 orang, dan berlanjut lah acara tersebut dengan mengangkat tema “Wartawan bukan premanisme” berdasarkan pemberitaan yang sudah tayang dilebih dari 3 media online.

‎Sesuai dengan apa yang telah disepakati pada waktu itu, isi acaranya kan tentang “Meluruskan persepsi, menguatkan solidaritas pers”. Dalam acara ini, Ali menjadi Ketua Panitia sekaligus moderator pada saat itu.

‎”Timbul kebingungan saya, kan saya juga selaku moderator pada saat itu. Saya bingung, nih. Pada saat saya sudah memaparkan slide, dan masuk untuk melanjutkan klarifikasi yang akan dilanjutkan oleh pihak, Kahvi. Pada saat masuk pada sesi, Kahvi. Saya melihat mereka canggung, saling berdiskusi dengan Abang, Marganas. Mungkin tentang siapa yang akan berbicara,” kata dia.

‎Setelah itu, Kahvi, kata Ali, menolak untuk memberikan mengklarifikasi terkait dengan pemberitaan itu. Padahal tujuan pihaknya mengundang kan untuk mendapatkan klarifikasi. Namun, Kahvi keberatan, dan itu disampaikannya dalam forum tersebut bahwa dia tidak akan mengklarifikasi terkait berita yang sudah terbit.

‎Ali juga menjelaskan terkait dengan hadirnya, Mangapul dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sebagai pembicara di pertemuan itu. Karena diberita ini juga pihak PWI menyinggung BNSP di statemennya. Selanjutnya, terkait, Bram atau Arman Chan sebagai pembicara, kata Ali, karena beliau memiliki sertifikasi wartawan utama sekaligus meminta penjelasan atas pernyataan yang dikeluarkan PWI.

‎”Dan beliau semua juga sudah kita kasih panggung untuk berdiskusi. Tetapi, seiring diskusi berjalan, Kahvi sedikit berulah. Sedikit berulah itu dikarenakan, Kahvi merasa terintimidasi dengan apa yang disampaikan oleh pak Bram yang meminta klarifikasi. Mengapa klarifikasi itu penting? Karena berita yang sudah terbit itu kan sangat merugikan lah kepada teman-teman yang belum sertifikasi kompetensi. Karena sudah ada teman-teman yang sudah menemukan masalah itu di lapangan yang menanyakan sertifikasinya. Artinya, berita itu sudah berkembang dan menjadi bias,” jelasnya.

‎Ali juga menyoroti terkait pemberitaan yang telah terbit terkait dengan insiden kemarin. Dengan Judul: “Bicara Soal UKW, Ketua PWI Batam Malah Dipukul. Forum Klarifikasi Berubah Jadi Chaos”.

‎Menurutnya, pemberitaan ini hanya pemberitaan sepihak versi PWI dan mencari pembenaran sendiri. Padahal, awal mulanya itu, kata Ali, Ketua PWI Batam yang dihadirkan terasa terintimidasi dengan keluhan-keluhan yang disampaikan wartawan yang belum bersertifikasi kompeten ini.

‎”Harusnya kan bukan begitu. Kenapa beliau tersinggung dengan keluhan-keluhan kita?. Sebagai Ketua yang dihargai harusnya dia menerima, karena kita kan bukan bertujuan untuk melaga atau berhadap-hadapan kan para pihak. Justru tujuan kita kan agar saling merangkul. Tidak ada tujuan lain,” tegasnya.

‎Yang harus digaris bawahi lagi, kata Ali, mengenai adanya pernyataan “Seolah-olah dijebak” yang disampaikan langsung oleh, Marganas.

‎”Kita tidak ada niat menjebak siapa pun. Niat kita hanya menyatukan seluruh wartawan. Kalau mereka merasa pintar… Tolonglah ajari kami-kami yang bodoh ini. Mengajar ini kan juga butuh proses, mungkin saat ini kami-kami ini yang diajari belum bisa memahami bahasa-bahasa yang terlalu tinggi intelektualnya. Jadi, kami merasa bahasa tersebut menyudutkan kami,” kata dia.

‎Menurut, Ali lagi, wartawan yang hadir dalam forum itu merasa risau atas statemen yang disampaikan oleh, Saibansyah sebagai Ketua PWI Kepri.

‎”Jadi, sebenarnya tidak terlalu ribet, dan tidak ada memanjang ke sana-ke mari. Apakah harus seperti itu? kami dikatakan premanisme karena belum UKW,” tutupnya.

‎Reporter : Redaksi

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *